Museum Pos Indonesia didirikan pada tahun 1931 dengan nama Museum PTT (Pos Telepon Telegrap). Museum ini terletak di bagian belakang kantor pos cilaki tepatnya di jl cilaki 73 Bandung.
Pada awalnya museum ini hanya menyajikan koleksi prangko indonesia ataupun luar negeri, bertepatan dengan Hari bhakti Postel tanggal 27 september 1983 museum yang telah direnovasi tersebut diresmikan oleh Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi dengan nama Museum Pos dan Giro.
Benda-benda yang dikoleksi tidak terbatas pada prangko saja namun di tambah dengan benda-benda lain yang bernilai sejarah antara lain peralatan pos, visualisasi, diarama kegiatan layanan pos dll.
Seiring dengan perubahan status perusahaan dari Perusahaan Umum (Perum) Pos dan Giro menjadi PT Pos Indonesia, pada tanggal 20 juni 1996 nama museum berubah menjadi Museum Pos Indonesia.
Koleksi yang di simpan di Museum Pos Indonesia ini dibagi menjadi 3 kelompok yaitu :
1. Koleksi Sejarah
salah satu koleksi yang ditampilkan adalah surat emas raja, surat menyurat sebagai alat komunikasi dalam bentuk sederhana sudah dikenal pada kerajaan-kerajaan di Indonesia seperti Kerajaan Mulawarman, Sriwijaya, taruma Negara, Mataram, Purnawarman dan Mojopahit.
Berdasarkan prasasti yang ditemukan di Kerajaan Sriwijaya bahasa yang digunakan adalah bahasa melayu kuno dengan kata-kata sansekerta. Huruf yang digunakan adalah huruf sansekerta yang berasal dari India Selatan yang disebut huruf Palawa, hurf inilah yang kemudian menjadi huruf jawa, sunda, bali dan batak.
2. Koleksi Filatelikoleksi benda filateli yang ditampilkan selain prangko indonesia juga terdapat koleksi prangko luar indonesia yang berasal dari 178 negara. Prangko pertama didunia yang terbit di Inggris atas gagasan sir Rowland Hill tanggal 6 mei 1840 bergambar Ratu Victoria yang lebih dikenal dengan sebutan prangko black penny disajikan dalam bentuj lukisan, sedang prangko pertama yang digunakan di Indonesia yang diterbitkan pemerintah Hindia Belanda tanggal 1 April 1864 bergambar Raja Willem III dengan nominal 10 cent sijaikan dalam bentuk aslinya.
3. Koleksi Peralatan
Brievenbus merupakan bis surat pada jaman belanda. bis surat yang terbuat dari bahan logam cor dengan berat kurang dari 400 kg ditempatkan di pinggir jalan strateis agar mudah dijangkau masyarakat dalam mengeposkan kirimannya.
Bis surat pertama kali di pakai tahun 1829 di kantor pos batavia, sedang bis surat umum pertama kali digunakan di kantor pos Semarang tahun 1850 dan kantor pos Surabaya 1864.
( dikutip dari brosur Museum Pos indonesia)
Pada awalnya museum ini hanya menyajikan koleksi prangko indonesia ataupun luar negeri, bertepatan dengan Hari bhakti Postel tanggal 27 september 1983 museum yang telah direnovasi tersebut diresmikan oleh Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi dengan nama Museum Pos dan Giro.
Benda-benda yang dikoleksi tidak terbatas pada prangko saja namun di tambah dengan benda-benda lain yang bernilai sejarah antara lain peralatan pos, visualisasi, diarama kegiatan layanan pos dll.
Seiring dengan perubahan status perusahaan dari Perusahaan Umum (Perum) Pos dan Giro menjadi PT Pos Indonesia, pada tanggal 20 juni 1996 nama museum berubah menjadi Museum Pos Indonesia.
Koleksi yang di simpan di Museum Pos Indonesia ini dibagi menjadi 3 kelompok yaitu :
1. Koleksi Sejarah
salah satu koleksi yang ditampilkan adalah surat emas raja, surat menyurat sebagai alat komunikasi dalam bentuk sederhana sudah dikenal pada kerajaan-kerajaan di Indonesia seperti Kerajaan Mulawarman, Sriwijaya, taruma Negara, Mataram, Purnawarman dan Mojopahit.
Berdasarkan prasasti yang ditemukan di Kerajaan Sriwijaya bahasa yang digunakan adalah bahasa melayu kuno dengan kata-kata sansekerta. Huruf yang digunakan adalah huruf sansekerta yang berasal dari India Selatan yang disebut huruf Palawa, hurf inilah yang kemudian menjadi huruf jawa, sunda, bali dan batak.
2. Koleksi Filatelikoleksi benda filateli yang ditampilkan selain prangko indonesia juga terdapat koleksi prangko luar indonesia yang berasal dari 178 negara. Prangko pertama didunia yang terbit di Inggris atas gagasan sir Rowland Hill tanggal 6 mei 1840 bergambar Ratu Victoria yang lebih dikenal dengan sebutan prangko black penny disajikan dalam bentuj lukisan, sedang prangko pertama yang digunakan di Indonesia yang diterbitkan pemerintah Hindia Belanda tanggal 1 April 1864 bergambar Raja Willem III dengan nominal 10 cent sijaikan dalam bentuk aslinya.
3. Koleksi Peralatan
Brievenbus merupakan bis surat pada jaman belanda. bis surat yang terbuat dari bahan logam cor dengan berat kurang dari 400 kg ditempatkan di pinggir jalan strateis agar mudah dijangkau masyarakat dalam mengeposkan kirimannya.
Bis surat pertama kali di pakai tahun 1829 di kantor pos batavia, sedang bis surat umum pertama kali digunakan di kantor pos Semarang tahun 1850 dan kantor pos Surabaya 1864.
( dikutip dari brosur Museum Pos indonesia)