Thursday, March 26, 2009

Prangko Label Yang Kini Tinggal Kenangan

Tahun 1994 tepatnya di Bandung 3 oktober 1994, sejarah baru bagi dunia filateli karena pada saat itu untuk pertama kalinnya PT POSINDO atau pada saat itu masih bernama Perum POS dan GIRO telah menerbitkan prangko label dengan gambar Gedung Sate dengan nomer mesin 0001, baru tanggal 10 oktober 1994 mesin prangko dengan kode mesin 0002 dan 0003 beroperasi di Jakarta.

Bersamaan dengan penerbitan prangko label ini Perum POS dan Giro menerbitkan sampul peringatan yang langsung habis terjual dalam waktu singkat karena jumlah cetak yang terbatas.



Pada prangko label yang bergambar Gedung Sate ini tertera logo Perum POS dan Giro serta tulisan Republik Indonesia.

Pada saat pameran filateli remaja tingkat dunia INDONESIA'96 di Bandung PT POSINDO kembali menerbitkan prangko label kedua dengan gambar Pesawat N 250 IPTN, tanggal 22 maret 1996 mesin prangko dengan kode mesin 0002 dan 0003 ditempatkan dilokasi pameran di jalan Banda Bandung. Antrian dari filatelis Indonesia maupun luar negeri menjadi pemandangan yang biasa dalam sehari-hari, tapi banyak juga masyarakat awam atau filatelis yang belum tahu fungsi dari mesin prangko ini, bahkan muncul pertanyaan "prangko label ini untuk apa ....???, baru setelah dijelaskan dan mereka tahu bahwa prangko label tersebut memiliki fungsi yang sama dengan prangko-prangko pada umumnya bahkan punya kelebihan dalam hal nominal, karena nominal pada prangko label bisa kita pilih sesuai dengan kebutuhan yang kita inginkan. Eh antrian makin panjang karena mereka yang baru dikasih tahu jadi ikutan antri untuk membuat prangko label bergambar Pesawat N 250 IPTN.

Baru pada tanggal 25 maret 1996 mesin prangko dengan kode 0001 yang sebelumnya berada di kantor pos jl. Asia Afrika didatangkan juga ke lokasi pameran dengan desain prangko yang sama. Nominal dai prangko label yang bisa dibuat bermacam-macam mulai dari rp 50,- sampai yang tertinggi rp 5000,-. nominal rp 50,- tidak tercantum di mesin prangko karena hanya berfungsi sebagai pecahan kembalian, apabila kita memasukkan dua buah uang logam rp 100,- dan memutar jarum penunjuk angka nominal rp 150,- maka akan keluar dua prangko label dengan nominal rp 150,- sesuai dengan permintaan dan prangko label nominal rp 50,- sebagai kembalian.
Nominal lengkap yang bisa dibuat dari mesin prangko ini adalah : rp 50, rp 100, rp 150, rp 200, rp 250, rp 300, rp 400, rp 450, rp 500, rp 550, rp 600, rp 700, rp 750, rp 800, rp 900, rp 1000 dan rp 5000.
Mesin ini hanya bisa digunakan dengan menggunakan uang logam yang sah atau yang beredar di Indonesia mulai dari uang logam pecahan rp 50,- sampai rp 1000,-.

Sebelum pameran INDONESIA'96 berakhir prangko label yang bergambar Pesawat N 250 IPTN dinyatakan habis, karena ada filatelis dari Indonesia dan Singapura yang sekali membuat atau menghadapi mesin prangko label bisa menghabiskan uang logam lebih dari rp 2.000.000,- dan dalam satu hari bisa dua sampai tiga kali membuat prangko label.


Kalau pada prangko label gambar Gedung Sate tertera loga Perum POS dan GIRO serta tulisan Republik Indonesia, maka pada prangko label gambar Pesawat N 250 IPTN hanya tertulis kata INdonesia tanpa loga PT POSINDO, sehingga bagi beberapa daerah keabsahan prangko label ini sempat diragukan hal ini dikarenakan tidak adanya sosialisasi tentang prangko label ini, baru setelah dijelaskan prangko label ini bisa difungsikan sebagaimana prangko pada umumnya.

Dari segi warna dengan paduan warna merah putih sebagai dasar / latar belakang, prangko label gambar Pesawat N 250 IPTN menjadi lebih bagus dan menarik berbeda dengan prangko label gambar Gedung Sate yang memiliki latar belakang warna putih dengan tulisan dan gambar gedung Sate warna coklat menjadi kurang menarik.


Bersaman dengan acara Indonesia Air Show (IAS)'96 yang berlangsung dari tanggal 22 - 30 Juni 1996 di Bandara Soekarno-Hatta, PT POSINDO kembali menerbitkan prangko label bergambar 4 (empat) buah pesawat karya IPTN yang telah berhasil di buat atau yang masih dalam rencana pembuatan yaitu Pesawat NC 212/200, Pesawat CN 235, Pesawat N 250 dan Pesawat N 2130.



Dengan latar belakang warna biru langit dan sedikit warna putih untuk letak nomer kode mesin dan nominal membuat prangko label ini tampil beda dibanding prangko label bergambar Pesawat N 250 IPTN yang terbit waktu Pameran Indonesia'96, kalau prangko label gambar Pesawat N 250 IPTN di buat di Singapura maka prangko label dengan gambar 4 buah pesawat ini dibuat di Jerman. Keunggulan atau kelebihan lainnya adalah adanya logo PT POSINDO dan tulisan Republik Indonesia.

Tiga buah mesin prangko di gelar di arena IAS'96, tetapi pada tanggal 26 juni 1996 pada hari pembukaan Jambore Nasional mesin dengan kode nomer 0001 dipindahkan ke lokasi Jambore Nasional CIBUBUR JAKARTA dan setelah IAS'96 usai, kedua mesin prangko dengan kode nomer 0002 dan 0003 dipindahkan juga ke lokasi Jambore Nasional CIBUBUR JAKARTA.

Satu hal yang patut disayangkan adalah nilai nominal yang ada di mesin prangko telah berubah, nominal yang tertera di mesin adalah : rp 300, rp 500, rp 700, rp 1000, rp 1500, rp 2000, rp 2500, rp 3000, rp 3500, rp 4000, rp 4500 dan rp 5000, tetapi dengan teknik tertentu dapat diperoleh prangko label dengan nominal rp 100, rp 200, rp 400, rp 600, rp 800 dan rp 900. Enam nominal terakhir fungsinya hampir sama dengan nominal rp 50 pada mesin terdahulu yaitu sebagai nominal kembalian.

Dengan nominal yang begitu tinggi, bagi sebagian besar filatelis yang ingin mengoleksi secara lengkap tentu sangat berat, untuk satu seri lengkap dapat menghabiskan uang sebesar rp 126.000 (satu mesin dengan empat desain gambar). Pengeluaran ini akan menjadi lebih besar lagi kalau tidak mengetahui teknik tertentu untuk memperoleh prangko label dengan nominal seperti pada kembalian.

Sayang sekali prangko-prangko label itu sekarang hanya tinggal kenangan, karena usia mesin prangko label ini teramat sangat singkat hanya 3 (tiga) tahun dengan 3 (tiga) macam seri prangko label.

Dengan masa edar yang sangat singkat plus lokasi pembuatan / penempatan mesin prangko label yang hanya terbatas di Jakarta dan Bandung pastinya membuat banyak masyarakat awam ataupun filatelis yang tidak mengenal prangko label ini, kecuali tahu dari katalog prangko.

Semoga PT POSINDO kembali memikirkan untuk kembali menerbitkan prangko label karena saat ini banyak dinas pos dari negara-negara lain yang masih tetap menerbitkan prangko label ini.